KONTEN

Selasa, 24 Mei 2011

PATIH UDAWA


Udawa adalah putra dari nyai Segopi. Adalah rahasia besar kerajaan Mandura pada masa prabu Basudewa. Rahasia yang menyatakan bahwa Udawa adalah putra raja Mandura, Basudewa dengan nyai Segopi. Seorang abdi dalem yang berwajah cantik itu telah membuat sang raja terpesona dan jatuh cinta padanya. Hingga suatu hari akhirnya terjadi lah peristiwa yang akhirnya menyebabkan Nyai Segopi mengandung dan melahirkan anak laki – laki yang tampan. Oleh prabu Basudewa diberi nama Udawa dan di beri pusaka kyai Gondo Ludiro, pusaka berwujud keris ligan. Kemudian Nyai Segopi dan bayinya akhirnya di berikan kepada Demang Sagopa atau Antyagopa di Widarakandang.
Pada saat masih muda, Udawa selalu bersama Narayana (Kresna muda) yang saat itu bersama kakaknya, Kakrasana dan adiknya Bratajaya juga diasuh oleh demang Antyagopa. Kemana saja Narayana pergi, Udawa selalu mengikutinya.
Sampai pada saat Narayana berguru kepada Begawan Padmanaba, Udawa pun ikut berguru. Sehingga saat setelah Begawan Padmanaba yang merupakan jelmaan bathara Wisnu memberikan cakra dan wijaya kusuma lalu bersatu dengan Narayana. Narayana kemudian berkata pada Udawa, bahwa suatu saat jika dia menjadi raja, maka Udawa lah yang berhak menjadi patihnya.

Sabda itupun terjadi, setelah berhasil mengalahkan prabu Yudakalakresna dari kerajaan Dwarakawestri atau Dwarawati, Narayana pun menjadi raja di Dwarawati bergelar sri Kresna, dan patihnya tidak lain adalah Udawa.
Setelah resmi menjadi patih di Dwarawati, saat itu Udawa berkeinginan untuk membebaskan bumi Widarakandang dari Negara Mandura, yang saat itu rajanya adalah saudara seayah, prabu Balarama atau Baladewa. Namun keinginan itu membuat prabu Baladewa marah besar karena merasa Udawa akan memberontak. Puncaknya, terjadi pertempuran sengit antara Prabu Baladewa dan patih Udawa yang menginginkan kemerdekaan bumi Widarakandang. Keduanya sama – sama sakti dan tidak ada yang menang dan kalah. Akhirnya Baladewa mengeluarkan senjata pamungkasnya, tombak Nenggala dan Udawa mengeluarkan pusaka warisan ayahnya, keris kyai Gondo Ludiro. Saat kedua pusaka tersebut bertabrakan timbullah api yang sangat dasyat dan menimbulkan Goro – Goro di kahyangan Suralaya. Hyang Narada pun akhirnya menuju ke alam kaswargan mencari sukma Basudewa agar melerai mereka dan menjelaskan semuanya.
Akhirya keduanya pun dilerai oleh sukma Basudewa. Dan Basudewa pun menjelaskan pada Baladewa bahwa bumi Widarakandang sudah di bebaskan dan dimerdekakan sepenuhnya dan di bawah kekuasaan demang Antyagopa waktu itu. Karena sekarang Udawa yang mewarisi, berarti Udawa berhak atas bumi Widarakandang dan bumi Widarakandang bebas serta menjadi bumi merdeka. Baladewa pun akhirnya mau menerima. Dan atas permintaan Basudewa pula lah tombak Nenggala dipotong sedikit pegangannya untuk dijadikan pegangan keris Gondo Ludiro. Setelah semua selesai sukma Basudewa kembali ke kahyangan dan Udawa pun akhirnya berhasil menjadikan bumi Widarakandang sebagai bumi merdeka dan menjadikannya sebagai kepatihan Dwarawati.
Udawa sosok patih yang setia kepada rajanya. Saat lakon Gendreh Kemasan. Udawa berperang dengan prabu Baladewa karena Baladewa terkena fitnah patih Sengkuni, Udawa akhirnya tertembus Nenggala karena kerisnya berhasil direbut oleh Baladewa. Dia tidak mati, dia terus merangkak dan menjauh dari Dwarawati. Tekadnya tidak akan mati sebelum dia bertemu dengan Sri Kresna yang saat itu menghilang dari kerajaan. Akhirnya Udawa mati didepan prabu Kala Supadma jelmaan Sri Kresna. Melihat kesetiaannya itulah, Akhirnya Udawa dihidupkan kembali.



Begitu juga saat Sri Kresna bertapa tidur di Sumur Jalatunda, tepatnya di bale Makambang. Bersama adiknya yang menjadi Senopati Dwarawati, Setyaki dan putra Sri Kresna, Setyaka dia menjaga ketentraman disana. Tidak lama setelah itu datanglah Anoman dan Gathotkaca membantu menjaga ketentraman disana. Udawa lah yang bisa menaklukan Baladewa yang sedang marah – marah dan ingin sekali membangunkan Sri Kresna.
Begitulah Sosok patih Udawa yang tegas, setia dan pantas di contoh. Sebagai patih atau wakil dari raja. Kesetiannya kepada raja sejak masih muda, belum menjadi raja sampai usai perang bharatayuda.

RADEN WISANGGENI



Nalika semana, jabang bayi kalabuh ing kawah candradimuka. Karanjap maewu – ewu pusaka kadewatan. Nanging amarga antuk pengayomaning sang Hyang Wenang, ora ndadekake sirnane si jabang bayi, malah ndadekna saya gedhe lan gedhe. Sanalika jabang bayi kang wus katon diwasa jumedul saking telenging kawah candradimuka.

Cuplikan pocapan diatas menggambarkan keadaan dimana bayi yang lahir prematur dan lahir karena siksaan di ceburkan kedalam kawah candradimuka, nerakanya para dewa. Bayi malang tak berdosa itu menjadi korban gelap mata kakeknya yang lebih memilih seorang raja dari Tunggulmalaya daripada Penegah Pandawa.
Berawal dari raja Tunggul Malaya, Dewasrani. Yang menginginkan seorang bidadari kahyangan dari Argadahana ya kahyangan api, putri dari bathara Brama dan bathari Saraswati bernama bathari Dresanala. Dia meminta bantuan ibunya, bathari Durga atau hyang Permoni untuk meminta bathari Dresanala kepada sang penguasa Triloka, penguasa kahyangan suralaya, bathara Guru.


Atas bujukan dan rayuan dari Permoni, bathara Guru pun terpengaruh dan meminta Bathara Brama putranya untuk segera menceraikan Dresanala yang telah menjadi istri dari Arjuna. Walaupun penasehat kahyangan suralaya, Naradha telah menasehati bathara Guru berkali – kali, namun bathara Guru pun tidak menggubrisnya.
Akhirnya Brama pun meminta Dresanala untuk bercerai dari Arjuna. Namun karena cintanya yang tulus kepada Arjuna, Dresanala pun tidak mau bercerai dan dia akhirnya disiksa oleh ayahnya sendiri. Padahal saat itu dia sedang mengandung 7 bulan. Akibat kerasnya siksaan dari ayahnya, lahirlah anak Dresanala dari Arjuna, bayi itu lahir laki – laki dan bayi itu akhirnya dibuang ke kawah candradimuka oleh kakeknya sendiri. Sedangkan Dresanala yang sudah tidak berdaya di berikan kepada Dewasrani dan dia dibawa ke Kraton Tunggulmalaya.
Agar memastikan bayi tersebut telah tewas, para dewa atas inisiatif dari Brama menceburkan pusaka – pusaka seperti tombak, panah, keris dan sebagainya kedalam kawah dan saat kawah apinya semakin menjadi – jadi, para dewa meninggalkan kawah dan datanglah bathara Narada. Saat itu atas kehendak sang Wenang, bayi yang kecil mungil dan tidak berdosa tadi keluar dari kawah dan sekarang dia sudah nampak dewasa, tampan dan memiliki kesaktian yang luar biasa.
Oleh Narada, pemuda itu diberi nama Bambang Wisanggeni artinya dia terjadi dari sisa – sisa Wisa (bisa) nya Geni (api). Pemuda itupun akhirnya di jelaskan siapa orang tuanya, kenapa bisa sampai di ceburkan di kawah candradimuka. Setelah tahu yang sebenarnya, pemuda itu marah dan berlari untuk menghajar para dewa yang telah menyengsarakannya.
Akhirnya kakeknya, Brama dan saudara – saudaranya tidak ada yang sanggup melawan dan menandingi kesaktian Wisanggeni yang pilih tanding. Mereka pun melapor pada bathara Guru. Bathara Gurupun akhirnya turun tangan menghadapi pemuda itu dengan senjatanya, Cundamanik. Namun bukan anak Arjuna yang mudah terkalahkan, justru bathara Guru yang akhirnya lari ke Tunggul Malaya karena merasa malu dapat dikalahkan oleh anak kemaren sore.
Wisanggeni pun diajak Narada menemui ayahnya di tengah hutan yang diikuti oleh para Punakawan. Setelah mereka bertemu dan melepas rindu, berangkatlah mereka ke Tunggul Malaya untuk merebut kembali bathari Dresanala.


Dengan kecerdikan dari Wisanggeni, bathari Dresanala dapat di rebut kembali oleh Arjuna. Setelah Dewasrani tahu, dia pun mengejar Arjuna. Bathara Gurupun yang tidak terima segera mengejar Arjuna. Namun ditengah jalan dia dicegat oleh Ismaya (semar) dan menantangnya jika masih tetap menuruti nafsu dan kesalahannya. Akhirnya bathara Guru menyerah dan tidak lagi meminta Dresanala, dia pun bersabda bahwa Dresanala tetap menjadi istri Arjuna.
Dewasrani yang tidak terima hendak menyerang Arjuna akhirnya harus menghadapi kesaktian dari kakaknya, Bima. Dan Bima pun berhasil memukul mundur Dewasrani dan seluruh prajuritnya. Bathari Durga yang sudah merasa tidak mampu menandingi mereka segera kembali ke kahyangan dhandhangmangore. Dan Wisanggeni tetap menjadi putra Arjuna.
Bersama kakak – kakaknya ksatria Pandawa yang sakti – sakti dia ikut menumpas kejahatan dan angkara murka. Bersama kakaknya, putra Bima, Antasena yang menjadi duet kompaknya, Wisanggeni selalu menegakkan kebenaran. Namun Wisanggeni dan Antasena pada akhirnya harus mengorbankan dirinya mati sebelum perang besar Bharatayuda.

Raden Wisanggeni

Nalika semana, jabang bayi kalabuh ing kawah candradimuka. Karanjap maewu – ewu pusaka kadewatan. Nanging amarga antuk pengayomaning sang Hyang Wenang, ora ndadekake sirnane si jabang bayi, malah ndadekna saya gedhe lan gedhe. Sanalika jabang bayi kang wus katon diwasa jumedul saking telenging kawah candradimuka.

Cuplikan pocapan diatas menggambarkan keadaan dimana bayi yang lahir prematur dan lahir karena siksaan di ceburkan kedalam kawah candradimuka, nerakanya para dewa. Bayi malang tak berdosa itu menjadi korban gelap mata kakeknya yang lebih memilih seorang raja dari Tunggulmalaya daripada Penegah Pandawa.
Berawal dari raja Tunggul Malaya, Dewasrani. Yang menginginkan seorang bidadari kahyangan dari Argadahana ya kahyangan api, putri dari bathara Brama dan bathari Saraswati bernama bathari Dresanala. Dia meminta bantuan ibunya, bathari Durga atau hyang Permoni untuk meminta bathari Dresanala kepada sang penguasa Triloka, penguasa kahyangan suralaya, bathara Guru.
Atas bujukan dan rayuan dari Permoni, bathara Guru pun terpengaruh dan meminta Bathara Brama putranya untuk segera menceraikan Dresanala yang telah menjadi istri dari Arjuna. Walaupun penasehat kahyangan suralaya, Naradha telah menasehati bathara Guru berkali – kali, namun bathara Guru pun tidak menggubrisnya.
Akhirnya Brama pun meminta Dresanala untuk bercerai dari Arjuna. Namun karena cintanya yang tulus kepada Arjuna, Dresanala pun tidak mau bercerai dan dia akhirnya disiksa oleh ayahnya sendiri. Padahal saat itu dia sedang mengandung 7 bulan. Akibat kerasnya siksaan dari ayahnya, lahirlah anak Dresanala dari Arjuna, bayi itu lahir laki – laki dan bayi itu akhirnya dibuang ke kawah candradimuka oleh kakeknya sendiri. Sedangkan Dresanala yang sudah tidak berdaya di berikan kepada Dewasrani dan dia dibawa ke Kraton Tunggulmalaya.
Agar memastikan bayi tersebut telah tewas, para dewa atas inisiatif dari Brama menceburkan pusaka – pusaka seperti tombak, panah, keris dan sebagainya kedalam kawah dan saat kawah apinya semakin menjadi – jadi, para dewa meninggalkan kawah dan datanglah bathara Narada. Saat itu atas kehendak sang Wenang, bayi yang kecil mungil dan tidak berdosa tadi keluar dari kawah dan sekarang dia sudah nampak dewasa, tampan dan memiliki kesaktian yang luar biasa.
Oleh Narada, pemuda itu diberi nama Bambang Wisanggeni artinya dia terjadi dari sisa – sisa Wisa (bisa) nya Geni (api). Pemuda itupun akhirnya di jelaskan siapa orang tuanya, kenapa bisa sampai di ceburkan di kawah candradimuka. Setelah tahu yang sebenarnya, pemuda itu marah dan berlari untuk menghajar para dewa yang telah menyengsarakannya.
Akhirnya kakeknya, Brama dan saudara – saudaranya tidak ada yang sanggup melawan dan menandingi kesaktian Wisanggeni yang pilih tanding. Mereka pun melapor pada bathara Guru. Bathara Gurupun akhirnya turun tangan menghadapi pemuda itu dengan senjatanya, Cundamanik. Namun bukan anak Arjuna yang mudah terkalahkan, justru bathara Guru yang akhirnya lari ke Tunggul Malaya karena merasa malu dapat dikalahkan oleh anak kemaren sore.
Wisanggeni pun diajak Narada menemui ayahnya di tengah hutan yang diikuti oleh para Punakawan. Setelah mereka bertemu dan melepas rindu, berangkatlah mereka ke Tunggul Malaya untuk merebut kembali bathari Dresanala.
Dengan kecerdikan dari Wisanggeni, bathari Dresanala dapat di rebut kembali oleh Arjuna. Setelah Dewasrani tahu, dia pun mengejar Arjuna. Bathara Gurupun yang tidak terima segera mengejar Arjuna. Namun ditengah jalan dia dicegat oleh Ismaya (semar) dan menantangnya jika masih tetap menuruti nafsu dan kesalahannya. Akhirnya bathara Guru menyerah dan tidak lagi meminta Dresanala, dia pun bersabda bahwa Dresanala tetap menjadi istri Arjuna.
Dewasrani yang tidak terima hendak menyerang Arjuna akhirnya harus menghadapi kesaktian dari kakaknya, Bima. Dan Bima pun berhasil memukul mundur Dewasrani dan seluruh prajuritnya. Bathari Durga yang sudah merasa tidak mampu menandingi mereka segera kembali ke kahyangan dhandhangmangore. Dan Wisanggeni tetap menjadi putra Arjuna.
Bersama kakak – kakaknya ksatria Pandawa yang sakti – sakti dia ikut menumpas kejahatan dan angkara murka. Bersama kakaknya, putra Bima, Antasena yang menjadi duet kompaknya, Wisanggeni selalu menegakkan kebenaran. Namun Wisanggeni dan Antasena pada akhirnya harus mengorbankan dirinya mati sebelum perang besar Bharatayuda.

Raden Wisanggeni