KONTEN

Selasa, 24 Mei 2011

RADEN WISANGGENI



Nalika semana, jabang bayi kalabuh ing kawah candradimuka. Karanjap maewu – ewu pusaka kadewatan. Nanging amarga antuk pengayomaning sang Hyang Wenang, ora ndadekake sirnane si jabang bayi, malah ndadekna saya gedhe lan gedhe. Sanalika jabang bayi kang wus katon diwasa jumedul saking telenging kawah candradimuka.

Cuplikan pocapan diatas menggambarkan keadaan dimana bayi yang lahir prematur dan lahir karena siksaan di ceburkan kedalam kawah candradimuka, nerakanya para dewa. Bayi malang tak berdosa itu menjadi korban gelap mata kakeknya yang lebih memilih seorang raja dari Tunggulmalaya daripada Penegah Pandawa.
Berawal dari raja Tunggul Malaya, Dewasrani. Yang menginginkan seorang bidadari kahyangan dari Argadahana ya kahyangan api, putri dari bathara Brama dan bathari Saraswati bernama bathari Dresanala. Dia meminta bantuan ibunya, bathari Durga atau hyang Permoni untuk meminta bathari Dresanala kepada sang penguasa Triloka, penguasa kahyangan suralaya, bathara Guru.


Atas bujukan dan rayuan dari Permoni, bathara Guru pun terpengaruh dan meminta Bathara Brama putranya untuk segera menceraikan Dresanala yang telah menjadi istri dari Arjuna. Walaupun penasehat kahyangan suralaya, Naradha telah menasehati bathara Guru berkali – kali, namun bathara Guru pun tidak menggubrisnya.
Akhirnya Brama pun meminta Dresanala untuk bercerai dari Arjuna. Namun karena cintanya yang tulus kepada Arjuna, Dresanala pun tidak mau bercerai dan dia akhirnya disiksa oleh ayahnya sendiri. Padahal saat itu dia sedang mengandung 7 bulan. Akibat kerasnya siksaan dari ayahnya, lahirlah anak Dresanala dari Arjuna, bayi itu lahir laki – laki dan bayi itu akhirnya dibuang ke kawah candradimuka oleh kakeknya sendiri. Sedangkan Dresanala yang sudah tidak berdaya di berikan kepada Dewasrani dan dia dibawa ke Kraton Tunggulmalaya.
Agar memastikan bayi tersebut telah tewas, para dewa atas inisiatif dari Brama menceburkan pusaka – pusaka seperti tombak, panah, keris dan sebagainya kedalam kawah dan saat kawah apinya semakin menjadi – jadi, para dewa meninggalkan kawah dan datanglah bathara Narada. Saat itu atas kehendak sang Wenang, bayi yang kecil mungil dan tidak berdosa tadi keluar dari kawah dan sekarang dia sudah nampak dewasa, tampan dan memiliki kesaktian yang luar biasa.
Oleh Narada, pemuda itu diberi nama Bambang Wisanggeni artinya dia terjadi dari sisa – sisa Wisa (bisa) nya Geni (api). Pemuda itupun akhirnya di jelaskan siapa orang tuanya, kenapa bisa sampai di ceburkan di kawah candradimuka. Setelah tahu yang sebenarnya, pemuda itu marah dan berlari untuk menghajar para dewa yang telah menyengsarakannya.
Akhirnya kakeknya, Brama dan saudara – saudaranya tidak ada yang sanggup melawan dan menandingi kesaktian Wisanggeni yang pilih tanding. Mereka pun melapor pada bathara Guru. Bathara Gurupun akhirnya turun tangan menghadapi pemuda itu dengan senjatanya, Cundamanik. Namun bukan anak Arjuna yang mudah terkalahkan, justru bathara Guru yang akhirnya lari ke Tunggul Malaya karena merasa malu dapat dikalahkan oleh anak kemaren sore.
Wisanggeni pun diajak Narada menemui ayahnya di tengah hutan yang diikuti oleh para Punakawan. Setelah mereka bertemu dan melepas rindu, berangkatlah mereka ke Tunggul Malaya untuk merebut kembali bathari Dresanala.


Dengan kecerdikan dari Wisanggeni, bathari Dresanala dapat di rebut kembali oleh Arjuna. Setelah Dewasrani tahu, dia pun mengejar Arjuna. Bathara Gurupun yang tidak terima segera mengejar Arjuna. Namun ditengah jalan dia dicegat oleh Ismaya (semar) dan menantangnya jika masih tetap menuruti nafsu dan kesalahannya. Akhirnya bathara Guru menyerah dan tidak lagi meminta Dresanala, dia pun bersabda bahwa Dresanala tetap menjadi istri Arjuna.
Dewasrani yang tidak terima hendak menyerang Arjuna akhirnya harus menghadapi kesaktian dari kakaknya, Bima. Dan Bima pun berhasil memukul mundur Dewasrani dan seluruh prajuritnya. Bathari Durga yang sudah merasa tidak mampu menandingi mereka segera kembali ke kahyangan dhandhangmangore. Dan Wisanggeni tetap menjadi putra Arjuna.
Bersama kakak – kakaknya ksatria Pandawa yang sakti – sakti dia ikut menumpas kejahatan dan angkara murka. Bersama kakaknya, putra Bima, Antasena yang menjadi duet kompaknya, Wisanggeni selalu menegakkan kebenaran. Namun Wisanggeni dan Antasena pada akhirnya harus mengorbankan dirinya mati sebelum perang besar Bharatayuda.

7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Wisanggeni tokoh fenomenal.. Yang sangat diperlukan untuk memperbaiki tatanan jagad ini.., andai ada yang mewarisi keilmuwan. Kecerdasannya dimasa sekarang... Pastilah Indonesia menjadi negara tangguh kembali...

    BalasHapus
  3. Menopo wonten gambar-gambar Raden Wisanggeni ingkang gagrag Jogja ?!? Matur nuwun...

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Benar adalah hidup, watak Wisanggeni sanggup menegakkan Hukum di NKRI , yg masih 90 % tumpul di atas

    BalasHapus
  6. Nama lain wisanggeni itu sapa...

    BalasHapus